Menteri Agama H Suryadharma Ali
mengatakan manusia sangat membutuhkan etika dan moralitas untuk
memagari keberhasamaan kemanusian. Etika dan moralitas menjadi benteng
kesucian yang manfaatnya dapat mempertahankan manusia sebagai makhluk
yang memiliki peradaban.
"Untuk itu, etika dan moralitas
perlu kembali kita pikirkan, kita rumuskan, dan kita ejawantahkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," papar Menag usai
membuka Kongres Nasional Tokoh agama ke-III di Jakarta, semalam. Hadir
dalam kesempatan itu Mendiknas Mohammad Nuh, eselon I Kementerian Agama
dan para tokoh agama, seperti KH Hasyim Muzadi, Slamet Efendi Yusuf
dan lain-lain.
Menurut
Menag, untuk membangun kembali moral dan etika bangsa ini, agama
memegang posisi yang sangat sentral. "Landasan moral dan etika yang
kita pegang selama ini banyak disarikan dari ajaran-ajaran agama yang
universal. Di sinilah peran penting para tokoh agama dapat menggali dan
memantapkan kembali etika kehidupan yang religius dan bermartabat,
terutama di tengah tantangan kehidupan global."
Menag mengungkapkan, Indonesia adalah Negara besar yang memiliki banyak potensi untuk menjadi Negara besar di dunia. Kekayaan alam, budaya dan sumber daya manusia Indonesia sungguh merupakan karunia yang luar biasa.
Menag mengungkapkan, Indonesia adalah Negara besar yang memiliki banyak potensi untuk menjadi Negara besar di dunia. Kekayaan alam, budaya dan sumber daya manusia Indonesia sungguh merupakan karunia yang luar biasa.
"Namun,
kita juga menyadari bahwa kekayaan alam, budaya, sumberdaya manusia
yang banyak, maupun sejarah dan tradisi yang agung tidak serta merta
menjadikan suatu Negara secara otomatis menjadi jaya," ujar Menag.
Dia
mengatakan masih banyak tantangan dan permasalahan yang harus
diperbaiki,mulai dari perbaikan bidang ekonomi, hukum pendidikan,
sosial, politik, budaya, sampai masalah moralitas dan integritas bangsa.
Krisis dibidang moral dan etika adalah persoalan yang sangat penting
dan perlu mendapat perhatian karena dapat mempengaruhi berbagai bidang
kehidupan lainnya.
Pada kongres ke-III ini, lanjut Menag, para tokoh agama membicarakan dan menggali serta memantapkan kembali etika kehidupan yang religious dan bermartabat, terutama di tengah tantangan kehidupan global. Dalam konteks ini, para tokoh agama memiliki peran yang sangat strategis, yakni sebagai agen-agen perubahan untuk menjadikan masyarakat berkehiddupan yang lebih baik.
Pada kongres ke-III ini, lanjut Menag, para tokoh agama membicarakan dan menggali serta memantapkan kembali etika kehidupan yang religious dan bermartabat, terutama di tengah tantangan kehidupan global. Dalam konteks ini, para tokoh agama memiliki peran yang sangat strategis, yakni sebagai agen-agen perubahan untuk menjadikan masyarakat berkehiddupan yang lebih baik.
Menag
mengharapkan para tokoh agama dapat memberikan rumusan dan masukan,
baik kepada pemerintah maupun kepada sesama tokoh agama dan lembaga
keagamaan, untuk dapat mengembangkan umat, membangun kehidupan bangsa
yang lebih uat, sehingga terwujud masyarakat yng sejahtera, rukun, adil
dan makmur.
Meski
demikian, kata Menag, mewujudkan harapan tersebut tidak mudah. Perlu
kesungguhan dan usaha bersama yang berkelanjutan, sehingga kongres
tersebut dapat menghasilkan rumusan-murusan positif yang konkret dan
bermanfaat bagi perbaikan msyarakat dan Negara ke depan, terutama dalam
perbaikan etika kehidupan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar